Sebelum 14 Februari menyapa, para muda-mudi
sibuk mempersiapkan hadiah, kartu ucapan, bunga, pakaian dll. Bahkan tak jarang
dari mereka sibuk mencari pasangan agar hari istimewa –versi mereka- itu tak
terlewatkan hampa begitu saja.
Mengapa mereka begitu perhatian dengan hari yang
satu ini? Ternyata, hari itu merupakan hari kasih sayang dan saling cinta,
“sekarang valentine’s day” atau “hari valentine”, seru mereka.
Pada momen ini, Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin -rahimahullah- memiliki sepucuk surat bagi muda-mudi yang masih
suka merayakan hari istimewa –versi mereka- ini. Mari kita baca bersama.
Assalâmu’alaikum warahmatullâhi wa barakâtuh.
Merayakan hari valentine hukumnya tidak boleh
(haram), berikut beberapa alasannya:
Pertama: Hari valentine merupakan hal baru yang
tidak ada dasarnya dalam Syariat ini.
Kedua: Hari valentine dapat menyebabkan cinta
buta atau bahkan gila.
Ketiga: Hari valentine yang remeh ini
bersebrangan dengan tuntunan salafush shalih dan dapat menyibukkan hati (dengan
hal-hal yang tidak bermanfaat).
Maka itu, tidak boleh (seorang muslim) menghidupkan
sedikitpun syiar hari valentine ini dalam bentuk makanan, minuman, pakaian,
atau dengan bertukar hadiah, dan penampilan lainnya.
Harusnya setiap muslim bangga dengan agamanya.
Tidak sepatutnya dia menjadi orang penurut yang selalu mengekor semua suara.
Saya memohon kepada Allah ta’âlâ agar melindungi
kaum muslimin dari segala bentuk fitnah baik lahir maupun batin, semoga Dia
memberikan kecintaan dan taufik-Nya kepada kita semua.
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
[Fatâwâ 'Ulamâ` al-Balad al-Harâm, hlm.
1022-1023, oleh Dr. Khalid bin Abdurrahman al-Jarisri]
Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 47, hal.59
Tidak ada komentar:
Posting Komentar