Oleh: Muhammad
Abduh Tuasikal
Setiap kita
paling telah mengetahui berita bom bunuh diri yang terjadi di Solo hari Ahad
lalu (25/09/2011). Sehabis kebaktian gereja, seorang pemuda masuk ke dalam lalu
melakukan bom bunuh diri. Motivasi pemuda ini di antaranya karena menganggap
hal itu sebagai jihad.
Sebenarnya
bukan hanya dengan modal semangat. Seharusnya setiap perbuatan selain didasari
niat yang benar, juga
dilakukan dengan cara yang tidak menyelisihi syari’at.
Ada satu
pelajaran dari hadits muttafaqun ‘alaih yang menerangkan bahwa seharusnya kita
tidak mudah percaya atau tidak tertipu dengan orang yang semata-mata berniat
membela Islam, ingin menghancurkan non muslim, namun ia jauh dari syari’at
malah bermaksiat. Berikut pelajaran dari hadits tersebut.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ta’ala anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam memerintahkan Bilal pada saat perang Khoibar untuk menyeru manusia
dengan mengatakan,
“Tidak
akan masuk surga kecuali jiwa seorang muslim. Mungkin saja Allah menolong agama
ini lewat seorang laki-laki fajir (yang bermaksiat).” (HR. Bukhari no. 3062
dan Muslim no. 111)
Perowi
hadits ini adalah Abu Hurairah Ad Dausi, sahabat yang mulia yang banyak
menghafalkan hadits. Namun nama aslinya dan nama ayahnya diperselisihkan. Ada
yang menyebut namanya adalah ‘Abdurrahman bin Shokr dan ada yang menyebut
selain itu. Beliau meninggal dunia tahun 57 Hijriyah, ada juga yang mengatakan
58 atau 59 Hijriyah. Ketika meninggal dunia, umur beliau 78 tahun.
Kisah
Tentang Hadits
Abu Hurairah
menceritakan tentang sebab munculnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
di atas. Abu Hurairah berkata bahwa beliau mengikuti perang Khoibar. Lantas
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada orang yang mengaku membela
Islam, “Ia nantinya penghuni neraka.” Tatkala orang tadi mengikuti peperangan,
ia sangat bersemangat sekali dalam berjihad sampai banyak luka di sekujur
tubuhnya. Melihat pemuda tersebut, sebagian orang menjadi ragu dengan sabda
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ternyata luka yang parah tadi
membuatnya mengambil pedang dan membunuh dirinya sendiri. Akhirnya orang-orang
pun berkata, “Wahai Rasulullah, Allah membenarkan apa yang engkau katakan.”
Pemuda tadi ternyata membunuh dirinya sendiri. Rasul pun bersabda, “Berdirilah
wahai fulan (yakni Bilal), serukanlah: Tidak akan masuk surga melainkan seorang
mukmin. Allah mungkin saja menolong agama ini melalui laki-laki fajir (ahli maksiat).”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Ibroh dari Hadits
PERTAMA:
Setiap
muslim janganlah mudah tertipu dengan setiap orang yang terang-terangan
mengatakan dirinya membela Islam, baik mereka mengatakan bahwa dirinya
berjihad, berdakwah ilallah, beramar ma’ruf nahi mungkar atau merekalah
satu-satunya yang semangat dalam membela panji-panji Islam.
Maka
janganlah cepat-cepat menghukumi atau merekomendasi atau menerima klaim mereka
dan memotivasi untuk duduk di majelis mereka sampai diketahui bahwa mereka
benar-benar mengikuti ajaran Rasul. Karena kebanyakan orang hanya asal klaim
bahwa ia benar, ia di atas jihad, ia membela Islam, namun ternyata jauh dari
tuntunan Islam.
Islam tidak
pernah mengajarkan bom bunuh diri, walaupun itu demi menghancurkan gereja.
Islam tidak pernah mengajarkan meletakkan bom di tempat maksiat, walaupun
diletakkan di bar-bar tempat maksiat. Karena segala sesuatu ada aturannya,
tidak asal-asal kita melakukan nahi mungkar. Tidak asal-asalan kita
menghancurkan tempat maksiat. Ada penguasa atau yang diperintah oleh penguasa yang
punya tugas dalam hal ini.
Jika kita
tidak punya kekuasaan kita bisa peringatkan perbuatan mungkar dengan lisan atau
tulisan. Dan minimal kita ingkari dalam hati jika kita tidak mampu dengan hal
tadi. Itulah selemah-lemahnya iman. Lihat bahasan tentang kaedah dalam amar
ma’ruf nahi mungkar yang diterangkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
KEDUA:
Tidak
diingkari bahwa sebagian ahli bid’ah ada yang membela kebenaran atau mengklaim
dirinya di atas kebenaran atau barangkali awal-awalnya saja membela, namun
kemudian menyimpang dari jalan yang benar sebagaimana kisah dalam hadits di
atas.
Akan tetapi
sekali lagi, tidak setiap yang mereka lakukan atau yang mereka namakan jihad,
kita langsung membenarkannya. Tetap harus dinilai dan ditimbang dengan ajaran
Islam.
Walillahil
hamd, wallahu waliyyut taufiq.
Dikembangkan
dari: http://haddady.com/ra_page_views.php?id=408&page=24&main=7
@ Sabic Lab
Riyadh KSA, 4th Dzulqo’dah 1432 H
www.rumaysho.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar