Ada sebuah
kisah yang menarik yang dibawakan oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A'lamin Nubala'
yang bisa jadi motivasi bagi setiap penuntut ilmu. Kisahnya adalah sebagai
berikut:
Ar Rozi
berkata, "Aku pernah mendengar 'Ali bin Ahmad Al Khawarizmi menyatakan
bahwa beliau pernah mendengar bahwa 'Abdurrahman bin Abu Hatim bercerita,
"Kami
pernah berada di Mesir selama tujuh bulan dan kami tidak pernah menyantap
makanan berkuah. Pada setiap siang, kami menghadiri majelis para Syaikh.
Sedangkan di malam hari, kami menyalin
pelajaran dan mendiktekannya kembali.
Pada suatu hari, aku bersama sahabatku ingin menemui seorang guru (Syaikh).
Namun di tengah perjalanan, ada yang berkata bahwa guru tersebut sedang sakit.
Lantas di tengah perjalanan, kami melihat ikan yang menarik hati kami. Kami pun
membelinya. Ketika tiba di rumah, ternyata datang lagi waktu bermajelis,
sehingga kami belum sempat mengolah ikan yang dibeli tadi. Kami pun langsung
berangkat ke majelis. Demikian terus berlangsung hingga tiga hari. Akhirnya
ikan itu membusuk. Lantas kami pun memakannya seperti itu dalam keadaan mentah.
Saat itu kami tidak sempat memberikannya kepada seseorang untuk membakarnya.
Kemudian 'Abdurrahman bin Abu Hatim berkata, "Laa yustatho'ul 'ilmu bi
rohatil jasad" (Ilmu -agama- tidaklah bisa diraih dengan badan yang
bersantai-santai). (Siyar A'lamin Nubala', 13/266)
Saudaraku ... inilah kisah dari ulama salaf
dahulu sebagai motivasi bagi kita saat ini. Beberapa pelajaran yang bisa kita
petik dari sepenggal kisah di atas:
1. Perlu pintar-pintar membagi waktu
antara urusan dunia dan urusan agama.
2. Setiap orang memang akan sibuk
dengan urusan dunianya untuk mencari penghidupan, namun mereka punya kewajiban
untuk mempelajari agama. Terlebih lagi ada ilmu yang setiap individu wajib
mempelajarinya yang membuat Islamnya sah dan tidak sampai meninggalkan
kewajiban atau menerjang larangan Allah.
3. Di saat kita berada di sekeliling
ahli ilmu, maka kita jangan sampai melalaikan dari menimba ilmu dari mereka.
Semisal ketika kita berada di sekeliling ahli ilmu di Saudi sana, saat kita
menimba ilmu di tanah Arab, itu adalah waktu terbaik untuk meraih ilmu diin
(ilmu agama) karena jika kita kembali ke negeri sendiri tidak mungkin kita
mendapatkan ilmu semisal di sini. Setiap waktu kita saat itu mesti
pintar-pintar dibagi.
4. Waktu teramat berharga, terlebih
lagi bagi seorang penuntut ilmu. Sedetik pun jangan sampai dilewatkan dalam
ilmu, amalan dan dakwah.
5. Ilmu agama tidak bisa diraih dengan
badan yang bersantai-santai atau bermalas-malasan. Seluruh kemampuan yang kita
curahkan untuk belajar Islam, itu belum tentu kita bisa meraih semua ilmu.
Apalagi jika kita hanya mencurahkan separuh atau kurang dari itu.
6. Setiap orang beriman atau seorang
penuntut ilmu diin akan mendapati cobaan dalam hidupnya. Seperti kisah di atas,
mereka mendapati cobaan sampai memakan ikan yang busuk karena tidak ada
santapan lainnya dan karena semakin sibuknya waktu untuk belajar.
Semoga Allah
menganugerahkan waktu kita terus terisi dengan hal yang bermanfaat dan
berpahala serta terisi terus dengan belajar Islam hingga liang lahad.
Wallahu
waliyyut taufiq.
Panggang-Gunung
Kidul, 10th Sya'ban 1432 H (12/07/2011)
www.rumaysho.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar