بسم الله الرحمن الرحيم
Pembaca yang budiman, harus kita ketahui, bahwa
berbohong termasuk dosa yang paling keji dan ‘aib yang paling buruk. Terkait
dengan ini, Allah Ta’ala menyatakan, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”
(QS. Al-Isra’ : 36).
Dan Allah Ta’ala juga berfirman,
“Tiada suatu ucapanpun
yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu
hadir” (QS. Qaaf : 18)
Rasulullah telah memberikan penjelasan kepada kita,
bahwa dosa bisa menjerumuskan pelakunya ke neraka. Dari Ibnu Mas’ud , bahwa
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada
Al-Birr (kebaikan), sedangkan kebaikan itu mengantarkan ke dalam surga.
Sesungguhnya seseorang senantiasa bersikap jujur hingga ia dicatat di sisi
Allah Ta’ala sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya Al-Kadzib (kebohongan)
itu mengarahkan pada kejahatan, sedangkan kejahatan itu menjerumuskan ke dalam
Neraka. Sungguh seseorang senantiasa berbohong hingga dicatat sebagai
pendusta.” (HR. Bukhari (10/423)
Dalam menafsirkan hadits diatas, para ulama
menyatakan; Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada amalan shalih yang
bersih dari segala cela. Al-Birr adalah sebutan umum bagi segala kebaikan. Ada
juga yang berpendapat bahwa Al-Birr adalah Surga. Jadi, Al-Birr bisa dimaknai
segala amal shalih; dan Surga.
Adapun Al-Kadzib (kebohongan), maka perbuatan ini akan
mengantarkan pada kejahatan, yaitu berpalingnya dari sifat istiqamah. Ada juga
yang mengatakan bahwa kebohongan adalah kemaksiatan yang paling cepat menyebar.
Tentang tercelanya membicarakan segala sesuatu yang ia
dengar, Rasulullah bersabda, “Cukuplah seseorang dianggap pendusta jika ia
selalu membicarakan segala sesuatu yang ia dengar”. (HR. Muslim 1/10)
Abdullah bin ‘Amr berkata, “Rasulullah
pernah datang ke rumah kami, waktu itu aku masih kecil, akupun keluar
untuk bermain. Ibuku kemudian memanggil, “Ya Abdullah kemari, nanti akan ibu
beri sesuatu”. Maka Rasulullah bertanya: “Apa yang akan kamu
berikan?” Dia mejawab, “Saya akan memberi kurma”. Rasulullah
kemudian bersabda, “Seandainya engkau tidak melakukan (apa yang engkau
katakan), berarti telah dicatat atasmu satu kedustaan.” (HR. Abu Daud no.
4991)
Nabi bersabda, “Seseorang yang senantiasa dan
terbiasa dengan dusta akan dicatat di sisi Allah ta’ala sebagai pendusta.”
(HR. Bukhari 10/423, Muslim no. 2606) Wahai saudara Islam,
berdasarkan pemaparan di atas, maka berhati-hatilah dari akibat kedustaan,
karena kedustaan adalah pangkal segala kejahatan. Hal itu sebagaiamana yang
dinyatakan dalam sabda Rasulullah diatas “Sesungguhnya kedustaan itu
akan mengantarkan kepada kejahatan, sedangkan kejahatan akan menjerumuskan ke
dalam neraka”.
FAKTOR-FAKTOR PENDORONG BERBUAT DUSTA
Motif yang mendorong orang-orang yang memiliki jiwa
nista untuk melakukan kedustaan cukup banyak, diantaranya adalah :
1. Sedikitnya rasa takut kepada Allah Ta’ala dan tidak adanya perasaan bahwa Allah
Ta’ala selalu mengawasi setiap gerak-geriknya, baik yang kecil maupun yang
besar.
2. Upaya mengaburkan fakta, baik bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau
mengurangi takaran, dengan maksud menyombongkan diri atau untuk memperoleh
keuntungan dunia, ataupun karena motif-motif lainnya. Misalnya saja: orang yang
berdusta tentang harga beli tanah atau mobil, atau menyamarkan data-data yang
tidak akurat tentang wanita yang akan dipinang yang dilakukan pihak
keluarganya.
3. Mencari perhatian dengan membawakan cerita-cerita fiktif dan perkara-perkara
yang dusta.
4. Tidak adanya rasa tanggung jawab dan berusaha lari dari kenyataan, baik dalam
kondisi sulit ataupun kondisi lainnya.
5. Terbiasa melakukan dusta sejak kecil. Ini merupakan hasil pendidikan yang
buruk. Karena, sejak tumbuh kuku-kukunya (sejak kecil), sang anak biasa melihat
ayah dan ibundanya berdusta, sehingga ia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
sosial semacam itu.
6. Merasa bangga dengan berdusta, ia beranggapan bahwa kedustaan menandakan
kepiawaian, tingginya daya nalar, dan perilaku yang baik.
DAMPAK BURUK DUSTA
Di antara sebab terbanyak yang menjerumuskan anak Adam
ke lembah kemaksiatan, adalah mereka tidak menjaga dua hal, yaitu lidah dan
kemaluannya. Sehingga Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang mampu
menjaga apa yang terdapat di antara dua janggutnya dan apa yang ada di antara
dua kakinya, maka aku jamin akan masuk surga.” (HR. Bukhari, no. 6474.
At-Tirmidzi, no. 2408)
Kemaksiatan yang ditimbulkan dari kemaluan adalah
zina, dan kemaksiatan yang ditimbulkan oleh lisan adalah dusta. Terkadang
dengan lisannya seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipertimbangkan dan
dipikirkan sebelumnya, sehingga menimbulkan fitnah dan kemudharatan yang banyak
bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Oleh karena itu jelaslah bahwa di antara keselamatan seorang hamba adalah
tergantung pada penjagaannya terhadap lisannya. Nabi sendiri pernah
menasehati ‘Uqbah bin Amir ketika dia bertanya tentang keselamatan, lalu beliau
bersabda, ”Peliharalah lidahmu, betahlah tinggal di rumahmu dan tangisilah
dosa-dosamu.” (HR Tirmidzi, hadits hasan).
Termasuk penyimpangan yang nyata dan banyak terjadi di
masyarakat kita sekarang ini adalah melakukan dusta, baik dalam ucapan maupun
perbuatan, baik dalam menjual maupun membeli, dalam sumpah dan perjanjian,
bahkan menggunakan dusta sebagai bumbu dakwah dan menjatuhkan orang karena
kedengkian.
Pembaca yang budiman, dusta mempunyai beberapa
pengaruh buruk, yang seandainya hal ini disadari oleh para pendusta pasti
mereka akan meninggalkan kebiasaan dustanya dan akan kembali bertaubat kepada
Allah Ta’ala. Sebagian dari pengaruh buruk itu adalah:
1. Menyebarkan keraguan kepada dan di antara manusia
Keraguan artinya bimbang dan resah. Ini berarti seorang pendusta selamanya
menjadi sumber keresahan dan keraguan, serta menjatuhkan ketenangan pada orang
yang jujur. Berkata Rasulullah , ”Tinggalkanlah apa-apa yang membuatmu ragu
dan ambil apa-apa yang tidak meragukanmu, karena sesungguhnya kejujuran itu
adalah ketenangan dan dusta itu adalah keresahan.” (HR Tirmidzi, An Nasai,
dan lainnya).
2. Terjerumusnya seseorang ke dalam salah satu tanda
munafik Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash , bahwa Nabi bersabda : “Empat
hal, yang jika itu terhimpun pada diri seseorang, maka dia adalah seorang
munafik sejati. Dan jika melekat salah satunya, maka dalam dirinya terdapat
satu sifat dari kemunafikan, hingga ia meninggalkannya. Yakni jika diberi
kepercayaan dia berkhianat, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji dia
mengingkari, dan jika bertengkar dia berbuat aniaya.” (HR. Bukhari (1/84)
3. Hilangnya kepercayaan. Sesungguhnya selama dusta
menyebar dalam kehidupan masyarakat, maka hal itu akan menghilangkan
kepercayaan di kalangan kaum Muslimin, memutuskan jalinan kasih sayang di
antara mereka, sehingga menyebabkan tercegahnya kebaikan dan menjadi penghalang
sampainya kebaikan kepada orang yang berhak menerimanya.
4. Memutarbalikkan kebenaran. Di antara pengaruh buruk
dusta adalah memutarbalikkan kebenaran dan membawa berita yang berlainan dengan
fakta, lebih-lebih dilakukan dengan tanpa mencari kejelasan atau tabayyun yang
disyariatkan. Hal ini dilakukan karena para pendusta suka merubah kebatilan
menjadi kebenaran, dan kebenaran menjadi kebatilan dalam pandangan manusia.
Sebagaimana para pendusta pun suka menghias-hiasi keburukan sehingga tampak
baik dan menjelek-jelekkan yang baik sehingga berubah menjadi buruk. Dan itulah
perniagaan para pendusta yang terurai rapi dan mahal harganya menurut pandangan
mereka.
Dan apa saja yang mereka katakan tentang keburukan
seseorang, dan apapun pengaruhnya, maka hati-hatilah terhadap mereka, baik yang
anda baca dari mereka ataupun yang anda dengar. Pahami firman Allah Ta’ala, ”…Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi
pendusta.” (QS Al Mukmin: 28)
5. Pengaruh dusta terhadap anggota badan. Dusta menjalar dari hati ke lidah, maka rusaklah
lidah itu, lalu menjalar ke anggota badan, maka rusaklah amal perbuatannya
sebagaimana rusaknya lidah dalam berbicara. Maka, jika Allah Ta’ala tidak
memberikan kesembuhan dalam kejujuran kepada para pendusta itu. Sehingga
semakin rusaklah mereka dan menjerumuskan mereka ke arah kehancuran. Rasulullah
bersabda, ”Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebajikan,
sedangkan dusta menuntun kepada kedurhakaan.” (Muttafaq ‘alaih).
Itulah sebagian kecil dari akibat buruk dusta yang
semuanya merupakan akibat yang terasa di dunia, dan di sisi Allah balasan bagi
pendusta lebih dahsyat dan mengerikan. Jelaslah bahwa para pendusta akan
berjalan di atas jalan yang menuju neraka, karena dengan berdusta berarti ia
akan membuka berbagai pintu keburukan lainnya.
SOLUSI UNTUK MENGOBATI
Pembaca yang mulia, sangat penting bagi kita semua
memperhatikan bahaya dusta, sehingga takut untuk melakukannya. Adapun cara
untuk menghindar darinya antara lain:
1.Tidak bergaul dengan para pendusta dan mencari
teman yang shaleh lagi jujur.
2.Mempunyai keyakinan yang mantap akan bahaya yang
ditimbulkannya baik di dunia maupun di akhirat.
3. Melatih hati dan lisan untuk selalu berkata dan
berbuat jujur.
4. Selalu aktif mengkaji Al-Qur’an dan mengamalkannya.
Semoga Allah menganugerahkan kejujuran kepada kita
semua dalam ucapan maupun perbuatan.
[Oleh : Tim Redaksi Buletin Istiqomah, Rujukan :
Al-Kadzib karya Abdul Malk Al-Qasim].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar